sejarah dusun srisip


Pada zaman dahulu ada seorang yang sangat sakti  bernama Mbah Demang Singa Yuda, beliau yang pertama kali babad alas atau yang pertama kali membuka lahan untuk bercocok tanama. Berbulan – bulan beliau bercocok tanam dan sedikit demi sedikit  berhasil. Beliau kedatangan tamu seorang yang menamakan dirinya  Mbah Yuda, keduanya hidup rukun bersama- sama menjadi satu keluarga dan bebrayan (bersama)_ bercocok tanam hingga berhasil. Beliau berdua  dalam suasana tenang dan damai saling tukar kaweruh/ gendu – gendu rasa ( tukar pendapat membahas tempat tinggal yang dihuni mereka akan di beri nama apa. Setelah berbincang – bincang keduanya saling memberi pemasukan dan gagasan dan akhirnya mendapat keputusan bahwa tempat yang dihuni akan di beri nama yaitu  : sebagian akan di beri nama dukuh Glatik Mungup dan sebagian lagi di beri nama Karang Anyar, di karenakan kedua tempat tersebut jaraknya masih terpisah oleh hutan, Seiring berjalannya waktu kedua tempat tersebut penduduknya bertambah banyak namun dengan bertambahnya penduduk kedua dukuh tersebut masyarakatnya gemar bersenang – senang dan mengadakan atau mementaskan kesenian  seperti tayuban (Ronggengan) sehingga tidak pernah memikirkan untuk babat alas (pengembangan wilayah). Akhirnya kedua dukuh tersebut lama kelamaan tanahnya di babat oleh tetangga desa yaitu Desa Kutawuluh/ Demang Kutawuluh (Jebeng Plampitan) dan di sebelah barat di babat oleh orang Larangan  (perbatasan Banjarnegara) di sebelah timur di babat oleh Simbah Kyai Gandul beserta masyarakatnya (Dukuh Pegandulan).

                Setelah tanah/ wilayahnya du babat / di serang oleh damang – damang sekitarnya, akhirnya keaadan tanah / wilayah kedua dukuh tersebut tinggal sedikit. Mbah Demang Singa Yuda dan Mbah Yuda berserta masyarakatnya bermusyawarah dan hasil musyawarah tersebut Mbah Demang Singa Yuda berkata dalam bahasa jawa “keduman setitik paha nisip (kebagian sedikit juga tidak apa- apa). Kemudian Mbah Demang Singa Yuda punya pemikiran dikarenakan kedua dukuh tersebebut tanahnya tinggal sedikit ( nisip)  maka nama kedua dukuh dijadikan satu kemudian di namakan Dukuh Srisip dan di setujui oleh masyaraktnya. Kata Srisip diambil dari nisip yang artinya tidak masallah walaupun wilayahnya tinggal sedikit. Akhirnya nama Srisip di pakai untuk nama dukuh sampai sekarang.


Total Dibaca